TATA KALIMAT
DALAM BAHASA INDONESIA
Kalimat
adalah kumpulan kata-kata yang memiliki subjek (S) dan preidkat (P). Jika
keduanya tidak dimiliki, berarti itu bukan kalimat, melainkan frasa. Dalam
kalimat yang utuh, harus di awali dengan huruf kapital dan di akhiri tanda baca
seperti titik (.), tanda seru (!), tanda tanya (?).
POLA KALIMAT DASAR
Setelah membicarakan
beberapa unsur yang membentuk sebuah kalimat yang benar, kita telah dapat menentukan pola kalimat dasar itu sendiri. Berdasarkan
penelitian para ahli, pola
kalimat dasar dalam bahasa Indonesia adalah sebagai
berikut.
1.
KB + KK :
Mahasiswa berdiskusi.
2.
KB + KS :
Dosen itu ramah.
3.
KB + KBil :
Harga buku itu sepuluh ribu rupiah.
4.
KB + (KD +
KB) : Tinggalnya di Palembang.
5.
KB1 + KK +
KB2 : Mereka menonton film.
6.
KB1 + KK +
KB2 + KB3 : Paman mencarikan saya pekerjaan.
7.
KB1 + KB2 :
Rustam peneliti.
Ketujuh pola kalimat
dasar ini dapat diperluas dengan berbagai keterangan dan dapat pula pola-pola dasar itu digabung-gabungkan sehingga kalimat menjadi luas dan kompleks.
JENIS-JENIS
KALIMAT
I.
Berdasarkan
Pengucapan
A.
Kalimat Langsung
Kalimat langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan ucapan orang.
Kalimat langsung juga dapat diartikan kalimat yang memberitakan bagaimana ucapan dari orang lain
(orang ketiga). Kalimat ini biasanya ditandai dengan tanda petik dua (“….”) dan
dapat berupa kalimat tanya atau kalimat perintah.
Contoh:
- Ibu
berkata “Rohan, jangan meletakkan sepatu di
sembarang tempat!”
-
“Saya gembira sekali”
kata
ayah,”karena kamu lulus ujian”.
B.
Kalimat Tidak Langsung
Kalimat tak langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali ucapan atau
perkataan orang lain. Kalimat tak langsung tidak ditandai lagi dengan
tanda petik dua dan sudah dirubah menjadi kalimat berita.
Contoh:
- Ibu
berkata bahwa dia senang sekali karena aku lulus ujian.
-
Kakak berkata bahwa buku itu harus segera dikembalikan.
II.
Berdasarkan
Struktur Gramatikal
A.
Kalimat Tunggal
Kalimat
tunggal adalah suatu kalimat yang terdiri dari satu subjek dan satu predikat.
kalimat dapat diperluas dengan salah satu atau lebih unsur-unsur tambahan
(objek dan keterangan), asalkan unsur-unsur tambahan itu tidak membentuk pola
kalimat baru.
Kalimat
Tunggal
|
Susunan Pola
Kalimat
|
Anjing berlari.
Adik minum susu.
Ibu membeli
ikan di pasar.
|
S-P
S-P-O
S-P-O-K
|
B.
Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk
yaitu suatu bentuk kalimat yang dapat diperluas, hasil penggabungan atau
perluasan kalimat tunggal, sehingga membentuk satu pola kalimat baru disamping
pola yang ada.
Ciri-ciri
kalimat majemuk :
·
Ada penggabungan atau perluasan
kalimat-kalimat inti
·
Perluasaannya menghasilkan kalimat baru
·
Mempunyai subjek dan predikat lebih dari
satu (S-P)
Memperhatikan
hubungan pola-pola kalimat pada kalimat majemuk, dapat kita bagi atas :
1) Kalimat
majemuk setara
Kalimat majemuk setara yaitu
kalimat gabungan yang berhubungan antara pola-pola kalimat didalamnya, sejajar
dan sederajat.
Ciri-ciri
:
·
Kedudukan pola-pola kalimat sama
derajatnya.
·
Berkata lugas/penghubung, pembeda sifat
kesetaraannya.
·
Pola umum uraian jabatan kata : S – P +
S – S
Contoh
: Ayah berangkat ke kantor dan ibu pergi
ke pasar.
S P K S P K
Melihat
sifat hubungan kesetaraannya, kalimat majemuk setara dibagi atas :
a. Hubungan
penambahan (setara sejalan)
Kalimat
majemuk setara sejalan menggunkan kata-kata tugas / penghubung : dan, serta,
lagi
pula,
dan sebagainya.
Contoh
:
-
Kami membaca dan mereka menulis
-
Dosen mulai bercerita serta kami
asyik mendengarkan.
b. Hubungan
Pertentangan
Kalimat
majemuk setara pertentangan menggunakan kata-kata penghubung : tetapi,
melainkan, padahal, dan sedangkan.
Contoh
:
-
Dia sangat rajin tetapi adiknya
pemalas.
-
Ia bukan seorang peneliti, melainkan
seorang pedagang.
-
Danau Toba terletak di Sumatera Utara, sedangkan
Danau Poso terletak di Sulawesi Tengah.
c. Hubungan
Memilih
Biasanya
memakai kata tugas : atau, baik, maupun.
Contoh
:
-
Kamu mau minum teh atau kopi?
-
Baik anda sendiri yang datang maupun
diwakilkan, sama saja.
d. Hubungan
Sebab Akibat
Menggunakan
kata-kata tugas : sebab itu dan karena itu.
Contoh
:
-
Budi tidak belajar dengan
sungguh-sungguh, karena itu saat ujian ia mendapatkan nilai jelek.
2) Kalimat
majemuk bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat adalah
kalimat tunggal yang bagian-bagiannya di perluas, sehingga perluasannya itu
membentuk satu atau beberapa ppola kalimat baru, selain pola yangn sudah ada.
Bagian kalimat yang diperluas sehingga membentuk pola kalimat bar itu disebut
anak kalimat, sedangkan kalimat yang tetap disebut induk kalimat. Sifat anak
kalimat menggantikan jabatan kata dalam kalimat tunggal, karena itu kedudukan
anak kalimat bergantung kepada induk kalimat.
Ada beberapa penanda hubungan /
konjungsi yang dipergunakan oleh kalimat majemuk bertingkat, yaitu:
·
Waktu : ketika, sejak
·
Sebab: karena, Olehkarenaitu, sebab, oleh sebab itu
·
Akibat: hingga, sehingga, maka
·
Syarat: jika, asalkan, apabila
·
Perlawanan: meskipun, walaupun
·
Pengandaian: andaikata, seandainya
·
Tujuan: agar, supaya, untuk biar
·
Perbandingan: seperti, laksana, ibarat, seolah‐olah
·
Pembatasan: kecuali, selain
·
Alat: dengan+ katabenda: dengan tongkat
·
Kesertaan: dengan+ orang
Ditinjau dari unsur
kalimat yang mengalami perluasan dikenal dengan adanya :
a. Kalimat
majemuk bertinggkat dengan anak kalimat perluasan subjek.
Contoh : Fenty tampil
di atas panggung.
S P O
Fenty
Effendi, seorang penyanyi tenar sedang tampil
di atas panggung.
Anak
kalimat perluasan subjek O
Induk
kalimat
b. Kalimat
majemuk bertingkat dengan anak kalimat perluasan predikat.
Contoh : Katanya begitu.
S P
Katanya
bahwa ia tidak sengaja memecahkan kaca jendela itu.
S anak
kalimat perluasan predikat
c.
Kalimat majemuk bertingkat dengan
perluasan objek.
Contoh
: Gina menyaksikan pertunjukkan.
S P O
Gina
menyaksikan murid-murid menari.
Induk kalimat anak
kalimat perluasan objek
d.
Kalimat majemuk bertingkat dengan
perluasan keterangan.
Contoh
: Ayah pulang malam hari.
S P K
Ayah
pulang ketika kami makan malam.
Induk
kalimat anak kalimat perluasan keterangan
Catatan : anak kalimat tidak selamanya harus di depan,
tetapi dapat pula di tengah dan di belakang, tergantung pada bagian-bagian
mana dari kalimat tunggal yang di perluasnya.
|
3) Kalimat
majemuk rapatan
Kalimat
majemuk rapatan adalah kalimat majemuk setara yang bagian-bagian nya di
rapatkan, karena kata-kata/ frase dalam kalimat tersebut menduduki jabatan yang
sama. Perapatannya dengan cara menghilangkan unsur-unsur yang sama, misalnya
subjek, predikat, objek dan keterangannya yang sama dapat di hilangkan.
Contoh
:
-
Pekerjaannya
hanya makan. (kalimat tunggal 1)
-
Pekerjaannya hanya tidur. (kalimat tunggal
2)
-
Pekerjaannya hanya merokok. (kalimat
tunggal 3)
·
Pekerjaannya hanya makan, tidur, dan
merokok. (kalimat majemuk rapatan)
4) Kalimat
majemuk campuran
Kalimat majemuk
campuran yaitu kalimat kalimat majemuk yang di dalamnya terdapat kombinasi
kalimat majemuk setara, rapatan dengan kalimat majemuk bertingkat.
Contoh :
-
Toni bermain
dengan Kevin. (kalimat tunggal 1)
-
Rina membaca buku di kamar kemarin.
(kalimat tunggal 2, induk kalimat)
-
Ketika aku datang ke rumahnya. (anak
kalimat sebagai pengganti keterangan waktu)
·
Toni bermain dengan Kevin, dan Rina
membaca buku di kamar, ketika aku datang ke rumahnya. (kalimat majemuk
campuran)
III.
Berdasarkan Unsur Kalimat
Kalimat dapat dibedakan ke dalam 2
jenis, yaitu:
A.
Kalimat Lengkap
Kalimat lengkap adalah kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri dari
satu buah subyek dan satu buah predikat. Kalimat Majas termasuk ke dalam kalimat
lengkap.
Contoh :
-
Mahasiswa berdiskusi di dalam kelas.
S
P
K
-
Ibu mengenakan kaos hijau dan
celana hitam.
S
P
O
B.
Kalimat Tidak Lengkap
Kalimat tidak lengkap adalah kalimat yang tidak sempurna karena hanya
memiliki subyek saja, atau predikat saja, atau objek saja atau keterangan saja.
Kalimat tidak lengkap biasanya berupa semboyan, salam, perintah, pertanyaan,
ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan dan kekaguman.
Contoh:
-
Selamat sore
-
Silakan Masuk!
-
Kapan menikah?
-
Hei, Kawan….
IV.
Berdasarkan Susunan S-P
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2
jenis, yaitu:
A.
Kalimat Versi
Kalimat versi adalah kalimat yang predikatnya mendahului subjeknya. Kata
atau frasa tertentu yang pertama muncul akan menjadi kunci yang akan
mempengaruhi makna untuk menimbulkankesan tertentu, dibandingkan jika kata atau
frasa ditempatkan pada urutan kedua. Kalimat ini biasanya dipakau untuk
penekanan atau ketegasan makna.
Contoh:
- Ambilkan koran di
atas kursi itu!
P
S
- Sepakat kami
untuk berkumpul di taman kota.
S
P
K
B.
Kalimat Inversi
Kalimat inversi adalah kalimat yang susunan dari unsur-unsur kalimatnya
sesuai dengan pola kalimat dasar bahasa Indonesia (S-P-O-K).
Contoh:
- Penelitian
ini dilakukan
mereka sejak 2 bulan yang lalu.
S
P
O
K
- Aku dan dia bertemu
di cafe ini.
S P K
V.
Berdasarkan
Bentuk Gayanya (Retorika)
Tulisan akan
lebih efektif jika di samping kalimat-kalimat yag di susunnya benar, juga gara
retorikanya menarik perhatian pembacanya. Walaupun kalimat-kalimat yang di
susunnya sudah gramatikal, sesuai dengan kaidah belum tentu tulisan itu
memuaskan pembacanya jika segi retoriknya tidak memikat.
Menurut gaya
retorikanya, kalimat majemuk dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu :
A.
Kalimat Melepas (induk-anak)
Kalimat melepas
yaitu kalimat yang disusun dengan di awali induk kalimat dan diikuti oleh anak
kalimat. Unsur anak kalimat ini seakan-akan dilepaskan saja meskipun unsur ini
tidak diucapkan, kalimat itu sudah bermakna lengkap.
Misalnya :
a) Saya
akan dibelikan mobil oleh Ayah jika saya lulus ujian sarjana.
b) Semua
warga negara harus menaati segala perundang-undangan yang berlaku agar
kehidupan di negeri ini berjalan dengan tertib dan aman.
B.
Kalimat Klimaks (anak-induk)
Kalimat klimaks
adalah kalimat yang disusun dengan diawali oleh anak kalimat dan diikuti induk
kalimat. Pembaca belum dapat memahami kalimat tersebut jika baru membaca anak
kalimatnya, dan baru dapat di pahami jika setelah membaca induk kalimat.
Misalnya :
a) Karena
macet, iya datang terlambat ke sekolah.
b) Setelah
3 bulan di sekap dalam sebuah ruangan akhirnya dua sandera WNI itu dibebaskan
juga.
C.
Kalimat Berimbang (setara atau campuran)
Kalimat
berimbang adalah kalimat yang disusun dalam bentuk majemuk setara atu majemuk
campuran. Disebut berimbang karena strukturnya memperlihatkan kesejajaran yang
sejalan dan dituangkan ke dalam bangun kalimat yang simetri.
Misalnya :
a) Jika
stabilitas nasional mantap, masyarakat dapat bekerja ndengan tenan dan dapat
beribadat dengan leluasa.
b) Bursa
sham tampaknya semakin bergairah, investor asing dan domestik berlomba
melakukan transaksi dan IHSG naik tajam.
VI.
Berdasarkan
Fungsinya
Menurut
fungsinya, jenis kalimat dapat di rinci mejadi kalimat pernyataaan, kalimat
pertanyaan, kalimat perintah dan kalimat seruan. Dalam bahasa lisan, intonasi
yang khas menjelaskan kapan kita berhadapan dengan salah satu jenis itu,
sedangkan dalam bahasa tulisan, di jelaskan oleh bermacam-macam tanda baca.
A.
Kalimat Pernyataan (Deklaratif)
Kalimat
pernyataan dipakai jika penutur ingin menyatakan sesuatu dengan lengkap pada
waktu ia ingin menyampaikan informasi kepada lawan bahasanya. (Biasanya,
intonasi menurun; tanda baca titik).
Misalnya :
a) Presiden
SBY mengadakan kunjungan ke luar negeri.
b) Dalam
pameran tersebut, pengunjung tidak mendapatkan informasi yang memuaskan tentang
bisnis komdominium di kota-kota besar.
B.
Kalimat Pertanyaan (introgatif)
Kalimat
pertanyaan dipakai jika penutur ingin memperoleh informasi atau reaksi
(jawaban) yang diharapkan. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca tanda
tanya). Pertanyaan biasnaya menggunakan kata tanya kenapa, bagaimana, dimana,
kapan, dan lain-lain.
Misalnya:
a) Kapan
saudara naik haji?
b) Mengapa
dia gagal dalam ujian?
c) Kenapa
gedung ini dibangun tidak sesuai dengan arsitektur yang telah di sepakati?
d) Mengapa
tidak semua fakir miskin di negara kita dapat dijamin penghidupannya oleh
negara?
C.
Kalimat Perintah dan Permintaan (Imperatif)
Kalimat perintah dipakai
jika penutur ingin “menyuruh” atau “melarang” orang berbuat sesuatu.
(Biasanya, intonasi menurun; tanda baca titik atau tanda seru).
Misalnya:
a)
Maukah kamu
disuruh mengantarkan buku ini ke Pak Sahluddin!
b)
Tolong
buatlah dahulu rencana pembiayaannya.
c)
Sebaiknya
kita tidak berpikiran sempit tentang hak asasi manusia.
d)
Janganlah
kita enggan mengeluarkan zakat kita jika sudah tergolong orang mampu.
D.
Kalimat Seruan
Kalimat seruan
dipakai jika penutur ingin mengungkapkan perasaan yang kuat, yang mendadak, atau perintah. (Biasanya,
ditandai oleh menaiknya suara pada kalimat lisan dan dipakainya tanda seru atau
tanda titik pada kalimat tulis).
Misalnya:
a) Buka
pintunya!
b) Bukan
main, cantiknya.
c) Aduh,
tugas saya tida terbawa.
E.
Kalimat Berita
Kalimat berita adalah kalimat yang isinya memberitahukan sesuatu. Dalam
penulisannya, biasanya diakhiri dengan tanda titik (.) dan dalam pelafalannya
dilakukan dengan intonasi menurun. Kalimat ini mendorong orang untuk memberikan
tanggapan.
Macam-macam kalimat berita :
a)
Kalimat berita kepastian
Contoh :
Nenek akan datang dari Bandung besok pagi.
b)
Kalimat berita pengingkaran
Contoh :
Saya tidak akan datang pada acara ulang tahunmu.
c)
Kalimat berita kesangsian
Contoh :
Bapak mungkin akan tiba besok pagi.
d)
Kalmat berita bentuk lainnya
Contoh :
Kami tidak taahu mengapa dia datang terlambat.
VII.
Berdasarkan Subjeknya
Kalimat
dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
A.
Kalimat Aktif
Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu
pekerjaan/tindakan. Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata kerja
yang berawalan me- dan ber-. Predikat juga dapat berupa kata kerja aus (kata
kerja yang tidak dapat dilekati oleh awalan me–saja), misalnya
pergi, tidur, mandi, dll (kecuali makan dan minum).
Contoh:
- Mereka akan
berangkat besok pagi.
- Kakak
membantu ibu di dapur.
Kalimat aktif dibedakan
menjadi 2, yaitu:
1) Kalimat
Aktif Transitif
Kalimat
aktif transitif adalah kalimat yang dapat diikuti oleh objek penderita (O1).
Predikat pada kalimat ini biasanya berawalam me- dan selalu dapatt dirubah
menjadi kalimat pasif.
Contoh:
Eni mencuci piring.
S
P O1
2) Kalimat
Aktif Intransitif
Kalimat aktif intransitif adalah
kalimat yang tidak dapat diikuti oleh objek penderita (O1). Predikat pada
kalimat ini biasanya berawaln ber-. Kalimat yang berawalan me- tidak diikuti
dengan O1. Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi kalimat pasif.
Contoh:
- Mereka berangkat
minggu depan.
S
P
K
- Amel menangis
tersedu-sedu di kamar.
S
P
K
3) Kalimat Semi
Transitif
Kalimat ini tidak dapat dirubah
menjadi kal pasif karena disertai oleh pelengkap bukan objek.
Contoh:
- Dian kehilangan
pensil.
S
P Pel.
- Soni selalu
mengenderai sepeda motor ke kampus.
S
P
Pel
K
B.
Kalimat Pasif
Kalimat
pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan/tindakan. Kalimat ini
biasanya memiliki predikat berupa kata kerja berawalan di- dan ter- dan diikuti
oleh kata depan oleh.
Kalimat pasif dapat dibedakan
menjadi 2 jenis, yaitu:
1) Kalimat
Pasif Biasa
Kalimat pasif
ini biasanya diperoleh dari kalimat aktif transitif. Predikat pada kalimat ini
berawalan di-,ter-,ke-an.
Contoh:
-
Piring dicuci Eni.
S
P O2
2) Kalimat
Pasif Zero
Kalimat
pasif zero adalah kalimat yang objek pelakunya(O2) melekat berdekatan dengan O2
tanpa disisipi dengan kata lain. Predikat pada kalimat ini berakhiran -kan dan
akan terjadi penghilangan awalan di-. Predikatnya juga dapat berupa kata dasar
berkelas kerja kecuali kata kerja aus. Kalimat pasif zero ini berhubungan
dengan kalimat baku.
Contoh:
- Ku pukul
adik.
O2
P S
- Akan saya
sampaikan pesanmu.
O2
P
S
Cara mengubah kalimat aktif menjadi kalimat
pasif :
a)
Subjek pada kalimat aktif dijadikan objek pada kalimat
pasif.
b)
Awalan me- diganti dengan di-.
c)
Tambahkan kata oleh di belakang predikat.
Contoh :
Bapak memancing ikan. (aktif)
Ikan dipancing oleh bapak. (pasif)
d)
Jika subjek kalimat aktif berupa kata ganti maka awalan me- pada predikat
dihapus, kemudian subjek dan predikat dirapatkan.
Contoh : Aku harus
memngerjakan PR. (aktif)
PR harus kukerjakan. (pasif)
VIII.
Berdasarkan
Maknanya
A.
Kalimat Ambigu (Bermakna Ganda)
Perhatikan
struktur kalimat yang bermakna ambigu berikut ini.
1. Istri
pegawai yang gemuk itu berasal dari Surabaya.
2. Saya
telah memiliki buku sejarah demokrasi yang baru.
3. Sumbangan
kedua sekolah itu telah kami terima.
Kalimat-kalimat di atas memiliki makna ambigu (ganda) sehingga dapat
membingungkan orang yang membacanya.
Pada kalimat 1, siapakah yang gemuk, pegawai atau isteri pegawai?
Kalimat itu memang mengandung dua makna:
·
Pertama, yang gemuk adalah pegawai; atau
·
Kedua. yang gemuk adalah isteri pegawai.
Pada kalimat 2, apanya yang baru, bukunya, sejarahnya, atau
demokrasinya? Kalimat itu bisa bermakna ambigu:
·Pertama, bukunya yang baru;
·Kedua, sejarahnya yang baru;
dan
·Ketiga, demokrasinya yang
baru.
Pada kalimat 3, juga terdapat makna ambigu:
·Pertama. ada dua kali
sumbangan yang diberikan oleh sekolah itu; atau
·Kedua, ada dua sekolah yang
menyumbang.
Untuk menghindari ambiguitas makna, kalimat 1 dapat dirumuskan sbb.:
a)
Jika yang gemuk adalah
isteri pegawai, maka dapat ditulis sebagai berikut: Istri-pegawai
yang gemuk itu berasal dari Surabaya. Penggunaan tanda hubung (-) dapat
memperjelas bahwa kedua kata itu (isteri dan pegawai) merupakan satu kesatuan,
sehingga kalimat itu bermakna yang gemuk adalah istri pegawai. Atau dapat pula
dirumuskan sebagai berikut: Pegawai yang isterinya gemuk itu berasal dari
Surabaya.
b) Jika
yang gemuk adalah pegawainya, maka dapat dirumuskan sebagai
berikut: Pegawai yang gemuk itu istrinya dari Surabaya.
Untuk kalimat 2:
a)
Jika yang baru adalah bukunya,
ditulis sebagai berikut: Saya telah memiliki buku-sejarah-demokrasi yang
baru, atau Saya telah memiliki buku baru tentang sejarah demokrasi.
b)
Jika yang baru adalah sejarahnya,
ditulis sebagai berikut: Saya telah memiliki buku tentang sejarah-demokrasi
yang baru.
c) Jika
yang baru adalah demokrasinya, ditulis sebagai berikut: Saya telah memiliki
buku sejarah tentang demokrasi yang baru
Untuk kalimat 3:
a)
Jika yang dimaksud ada dua
kali sumbangan, ditulis sebagai berikut: Sumbangan yang kedua
sekolah itu telah kami terima.
b)
Jika yang maksud ada dua
sekolah yang menyumbang, ditulis sebagai berikut: Sumbangan
kedua-sekolah itu telah kami terima
Kalimat utama atau kalimat pokok atau kalimat topik
adalah kalimat tempat menuangkan pokok pikiran atau gagasan utama. Pokok
pikiran atau gagasan utama sama dengan ide pokok gagasan pokok.
Kalimat penjelas adalah
kalimat yang berisi gagasan yang mendukung atau menjadi penjelasan kalimat
utama. Kalimat-kalimat penjelas dalam setiap paragraf harus membentuk satu
kesatuan gagasan. Dalam komposisi hal itu disebut kohesif. Di
samping itu, hubungan antara kalimat satu dengan kalimat yang lain dalam satu
paragraf harus saling berhubungan yang disebut koheren.
KALIMAT EFEKTIF
Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan
untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca
seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis. Kalimat sangat
mengutamakan keefektifan informasi itu sehingga kejelasan kalimat itu
dapat terjamin.
Sebuah kalimat efektif mempunyai ciri-ciri khas, yaitu
kesepadanan struktur, keparalelan bentuk, ketegasan makna, kehematan kata,
kecermatan penalaran, kepaduan gagasan, dan kelogisan bahasa.
A.
Kesepadanan
Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara
pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat
ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran
yang baik.
Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti
tercantum di bawah ini.
1)
Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas.
Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat
kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat
dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam bagi
untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan
subjek.
Contoh:
a)
Bagi semua
mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.(Salah)
b)
Semua
mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Benar)
2)
Tidak
terdapat subjek yang ganda
Contoh:
a)
Penyusunan
laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
b)
Saat itu
saya kurang jelas.
Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut.
a)
Dalam
menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.
b)
Saat itu
bagi saya kurang jelas.
3)
Kalimat
penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal
Contoh:
a)
Kami datang
agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara
pertama.
b)
Kakaknya
membeli sepeda motor Honda. Sedangkan dia membeli sepeda
motor Suzuki.
Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua
cara. Pertama, ubahlah kalimat itu menjadi kalimat majemuk dan kedua
gantilah ungkapan penghubung intrakalimat menjadi ungkapan penghubung
antarkalimat, sebagai berikut.
a)
Kami datang
agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
Atau
Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat
mengikuti acara pertama.
b)
Kakaknya
membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.
Atau
Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia
membeli sepeda motor Suzuki.
4)
Predikat
kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh:
a)
Bahasa
Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.
b)
Sekolah
kami yang terletak di depan bioskop Gunting.
Perbaikannya adalah sebagai berikut.
a)
Bahasa
Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
b)
Sekolah kami terletak di depan bioskop
Gunting.
B.
Keparalelan
Yang dimaksud dengan
keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu.
Artinya, jika bentuk pertama menggunakan verba, bentuk
kedua juga menggunakan verba.
Contoh:
a)
Harga
minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.
b)
Tahap
terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan
tembok, memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan
pengaturan tata ruang.
Kalimat a tidak
mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili
predikat terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan.
Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu, sehingga menjadi :
Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.
Kalimat b tidak memiliki
kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak sama bentuknya,
yaitu kata pengecatan, memasang,pengujian, dan pengaturan. Kalimat itu akan
baik kalau diubah menjadi predikat yang nomial, sebagai berikut: Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan
pengecatan tembok, pemasangan penerangan, pengujian sistem
pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
C.
Ketegasan
Yang dimaksud dengan
ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok
kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu
memberi penekanan atau penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara
untuk membentuk penekanan dalam kalimat.
1)
Meletakkan
kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
a)
Presiden
mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang
ada pada dirinya.(Penekanannya ialah presiden mengharapkan.)
b)
Harapan
presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya. (Penekanannya
Harapan presiden).
Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah
posisi kalimat.
2)
Membuat
urutan kata yang bertahap
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta
rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta
rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
3)
Melakukan
pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan
mereka.
4)
Melakukan
pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
5)
Mempergunakan
partikel penekanan (penegasan).
Contoh:
Saudaralah yang bertanggung jawab.
D.
Kehematan
Yang dimaksud dengan
kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan kata, frasa,
atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti
harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat.
Peghematan di sini mempunyai arti penghematan terhadap kata yang memang
tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.
Ada beberapa kriteria
yang perlu diperhatikan.
1)
Penghematan
dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek.
Perhatikan contoh:
a)
Karena ia
tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
b)
Hadirin
serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa presiden datang.
Perbaikan kalimat itu adalah sebagai berikut.
a)
Karena
tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
b)
Hadirin
serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.
2)
Penghematan
dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian superordinat pada
hiponimi kata.
Contoh :
a)
Ia memakai
baju warna merah.
b)
Di mana
engkau menangkap burung pipit itu?
Kalimat itu dapat diubah menjadi
a)
Ia memakai
baju merah.
b)
Di mana
engkau menangkap pipit itu?
Kata merah sudah mencakupi kata warna.
Kata pipit sudah mencakupi kata burung.
3)
Penghematan
dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
Contoh:
a)
Dia hanya
membawa badannya saja.
b)
Sejak dari
pagi dia bermenung.
Kalimat ini dapat diperbaiki menjadi
a)
Dia hanya
membawa badannya.
b)
Sejak pagi
dia bermenung.
4)
Penghematan
dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk
jamak.
Misalnya:
Bentuk Tidak Baku
Bentuk Baku
para tamu-tamu
para tamu
beberapa orang-orang
beberapa orang
E.
Kecermatan
Yang dimaksud dengan
cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda. Dan
tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.
1.
Mahasiswa
perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
2.
Dia
menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.
Kalimat 1 memiliki makna
ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguran tinggi dan pada kalimat 2 memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang,
seratus ribu rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah.
Perhatikan kalimat berikut:
·
Yang
diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang, dan
para menteri.
Kalimat ini salah pilihan katanya karena dua kata yang
bertentangan, yaitu diceritakan dan menceritakan.
Kalimat itu dapat diubah menjadi :
·
Yang
diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.
F.
Kepaduan
Yang dimaksud dengan
kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu
sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
1)
Kalimat
yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang
tidak simetris. Oleh karena itu, kita hidari kalimat yang panjang dan
bertele-tele.
Misalnya:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita
orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu
dan yang secara tidak sadar bertindak ke luar dari kepribadian manusia
Indonesia dari sudut kemanusiaan yang adil dan beradab.
Seharusnya:
Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang terlanjur meninggalkan rasa
kemanusiaan itu dan secara tidak sadar bertindak ke luar dari kepribadian
manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang adil dan beradab.
2)
Kalimat
yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam
kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
a)
Surat itu saya sudah baca.
b)
Saran yang
dikemukakannya kami akan pertimbangkan.
Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek
terletak antara agen dan verbal. Seharusnya kalimat itu berbentuk
a) Surat itu sudah saya baca.
b) Saran yang dikemukakannya akan kami
pertimbangkan.
3)
Kalimat
yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada
atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Perhatikan kalimat ini :
a)
Mereka
membicarakan daripada kehendak rakyat.
b)
Makalah ini
akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat.
Seharusnya:
a)
Mereka
membicarakan kehendak rakyat.
b)
Makalah ini
akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.
G.
Kelogisan
Yang dimaksud dengan
kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal
dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.
Perhatikan kalimat di bawah ini.
a)
Waktu dan
tempat kami persilakan.
b)
Untuk
mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini.
c)
Mayat
wanita yang ditemukan itu sebelumnya sering mondar-mandir di
daerah tersebut.
Kalimat itu tidak logis (tidak masuk akal). Yang logis
adalah sebagai berikut.
a)
Bapak
Menteri kami persilakan.
b)
Untuk
menghemat waktu, kami teruskan acara ini.
c)
Sebelum
meninggal, wanita yang mayatnya ditemukan itu sering mondar-mandir
di daerah tersebut.
KALIMAT INTI, LUAS, DAN TRANSFORMASI
A.
Kalimat Inti
Kalimat inti adalah
kalimat mayor yang hanya terdiri atas dua kata dan sekaligus menjadi inti
kalimat.
Ciri-ciri kalimat
inti:
·
Hanya terdiri atas dua
kata.
·
Kedua kata itu sekaligus
menjadi inti kalimat
·
Tata urutannya adalah
subjek mendahului predikat.
·
Intonasinya adalah intonasi “berita yang
netral”. Artinya: tidak boleh menyebabkan perubahan atau pergeseran makna
laksikalnya.
Contoh:
a)
Adik mengangis.
B.
Kalimat luas
Kalimat luas adalah kalimat inti yang sudah
diperluas dengan kata-kata baru sehingga tidak hanya terdiri dari dua kata,
tetapi lebih.
Contoh:
a) Radha, Arief, Shinta,
Mamas, dan Mila sedang belajar dengan serius, sewaktu pelajaran matematika.
C.
Kalimat transformasi
Kalimat transformasi merupakan kalimat inti
yang sudah mengalami perubahan atas keempat syarat diatas yang berarti mencakup
juga kalimat luas. Namun, kalimat transformasi belum tentu kalimat luas.Contoh
kalimat inti, luas, dan transformasi.
Contoh:
1)
Dengan penambahan jumlah kata tanpa menambah
jumlah inti, sekaligus juga
adalah kalimat luas.
Contoh:
Adik menangis tersedu-sedu kemarin pagi.
2)
Dengan penambahan jumlah inti sekaligus juga adalah kalimat luas.
Contoh:
Adik menangis dan
merengek kepada ayah untuk dibelikan computer.
3)
Dengan perubahan kata urut kata.
Contoh:
Menagis adik.
4)
Dengan perubahan intonasi.
Contoh:
Adik menangis?
Buku catatan Bahasa Indonesia kelas IX
Tidak ada komentar:
Posting Komentar